Jarak dari rumah saya ke sekolah sekitar 15 km. Berhubung jalannya tidak lurus alias banyak belokannya, saya memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke sekolah setiap harinya. Dibandingkan rekan kerja yang lain, jarak rumah saya masuk kategori jauh. Karena mereka hanya perlu waktu sekitar lima hingga lima belas menit saja untuk sampai ke sekolah.
Tidak jarang saya mendapat pertanyaan, apakah saya ingin mengambil kredit rumah di dekat sekolah. Ada banyak komplek perumahan yang dekat dengan lokasi tersebut. Kebanyakan dari rekan kerja mengambil KPR untuk tempat tinggal. Selain harganya terjangkau, sangat memudahkan karena dekat dengan lokasi sekolah.
Jika saya belum punya rumah, tentu saya pun akan mengambil KPR. Hanya saja saya sudah punya rumah di desa. Rumah saya berdampingan dengan rumah mama. Ini merupakan salah satu keinginan mama agar anaknya bisa tinggal dengan dengan beliau. Kebetulan kakak saya sudah menikah dan tinggal di kota lain. Maka saya sebagai anak kedua tinggal bersebelahan untuk menemani beliau. Oleh karenanya tak ada niat untuk beli rumah.
Meski begitu, saya kadang suka mendengarkan cerita teman yang mengambil kredit rumah. Misalnya lokasinya di komplek mana, berapa cicilan perbulannya, dan berapa lama kreditnya. Saya dengar, untuk kredit rumah perlu 15-20 tahun untuk bisa melunasinya.
Saya juga suka melihat desain rumah minimalis di internet. Bahkan denah rumah yang saya tinggali saat ini diilhami oleh gambaran rumah minimalis. Meski begitu rumah saya lebih luas dari type 36 yang sering saya lihat di internet. Berbicara mengenai type rumah, dulu saya kurang paham, apa maksud type 36 atau type 45. Ternyata itu adalah ukuran bidang luas bangunan rumah tersebut. Jika tidak bisa mendesain, tentu ukuran segitu terasa sempit. Karena itulah ada desain minimalis agar kebutuhan pokok tetap terpenuhi.
Semenjak adik saya diangkat jadi CPNS di kota lain, kini ia pun harus tinggal di kontrakan. Tentu saja karena belum punya rumah di sana. Berhubung sekarang dia sudah punya penghasilan tetap, maka terpikirlah untuk membeli rumah di komplek perumahan. Toh dia akan bertahan lama di kota tersebut. Maka adik saya pun mulai berburu komplek perumahan di sekitar tempat tersebut.
Ada beberapa komplek perumahan yang ia datangi. Saat pertama kali melihat contoh rumah, kesan yang ia dapatkan adalah kecil sekali. Cuma sedikit lebih besar dari kamar kontakkan yang ia tinggali. Rumah type 36 memang tidaklah besar.
Maklum saja, selama ini kami tinggal di desa. Meski rumah kami sederhana, namun juga tidak kecil seperti ukuran rumah minimalis. Saya sendiri tidak heran begitu mendengar ceritanya. Karena saya juga sering mengunjungi rumah teman lain yang mengambil rumah KPR type 36. Memang demikian keadaannya.
Saat survey berikutnya, adik saya menemukan komplek lain yang harganya hampir sama dengan desain rumah yang sedikit berbeda. Yang membuat adik saya tergoda adalah ukuran tanahnya yang lebih luas. Jika pada komplek sebelumnya ukuran tanahnya adalah 8m x 12 m, maka pada komplek ini ukuran tanahnya adalah 10 m x 13 m atau 130 m2.
Saya sendiri tidak terlalu mengerti tentang pasaran rumah type 36 ini. Saya pun browsing di internet untuk mencari tahu.
Dari beberapa artikel yang muncul di halaman depan hasil pencarian google, saya menemukan bahwa rumah type 36 ada yang disebut type 36/60, 36/72, 36/96. Angka sesudah garis miring menyatakan ukuran tanah dari type rumah tersebut.
Jika tanah seluas 96 m2 saja dirasa sempit oleh adik saya, apalagi jika hanya seluas 60 atau 72 m2. Apakah ukuran tanah untuk rumah type 36 memang kebanyakannya cuma segitu. Jika demikian, maka tanah seluas 130 m2 termasuk kategori cukup luas.
Tidak puas sampai di situ, saya pun bertanya kepada beberapa rekan kerja yang sudah membeli rumah di komplek perumahan. Ternyata, meski rumah yang mereka beli juga type 36, tapi luas tanahnya ada yang 140 m2, 150 m2, dan bahkan 160 m2. Menurut salah satu di antara mereka, untuk rumah type 36 ukuran standar tanahnya sekitar 130-150 m2. Saya pun menceritakan penemuan saya tersebut kepada adik saya untuk bahan pertimbangan.
Saya menemukan perbedaan yang jauh antara apa yang saya baca di internet dengan pengalaman teman-teman saya. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, perbedaan tersebut muncul karena adanya perbedaan lokasi.
Artikel yang saya baca tentulah berdasarkan keadaan umum yang terjadi di sekitar ibu kota. Dimana lahan perumahan semakin terbatas dan harganya mahal. Sedangkan saya dan teman-teman saya tinggal di Kalimantan. Setidaknya lahan kosong di tempat kami masih lumayan luas.
Selain mempertimbangkan harga, develover tentu juga mempertimbangkan kebutuhan pembeli untuk type rumah dan ukuran tanah. Selain itu, teman-teman yang telah saya tanya menjawab pertanyaan berdasarkan pengalaman mereka membeli rumah beberapa tahun yang lalu. Salah satunya mengatakan, saat ini ukuran tanah perumahan cenderung lebih sempit dibandingkan dulu.
Adik saya juga bercerita bahwa salah satu temannya juga sudah melakukan survei sebelum membeli rumah. Tanah perumahan terluas yang pernah ia temui di sekitar lokasi tersebut seluas 140 m2. Tidak ada lagi lokasi dengan tanah yang lebih luas.
Sampai saat ini adik saya masih belum menjatuhkan pilihan rumah di komplek mana yang akan ia beli. Selain luas tanah tentu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk membeli rumah. Karena rumah akan menjadi tempat tinggal utama. Tentu kita ingin yang terbaik bagi rumah yang akan kita tinggali tersebut.
Bagaimana dengan teman-teman? Bagikan pengalaman kalian dengan rumah yang kalian tinggali.
4 Comments
Klo saya sih kak gak mempermasalahkan masalah ukuran rumhnya semenimalis kayak gimana karena sudah teebiasa ngekos,,, jd yg dipikirin pertama ya harga hehe
ReplyDeleteTerbiasa dengan kamar kosan, rumah minimalis pun serasa luas ya,,, 😁
DeleteOh ternyata begitu ya, kadang aku juga baca rumah tipe 21, 36, atau 45 itu maksudnya apa. Eh ternyata luas tanahnya.
ReplyDeleteDisini rumah yang dijual perumahan rata-rata tipe 21, ada sih yang 36 tapi jarang, padahal cukup jauh dari ibukota. Cicilannya rata rata 15 tahun.
Nah, saya baru tahu ada rumah tipe 21 juga. Lebih kecil lagi dong ya. Tapi di kota memang tanahnya sudah semakin sempit. Jadi biar kecil asal rumah sendiri.
DeleteSilakan tingggalkan tanggapan dan pendapatmu pada kolom komentar